Dua hari dua malam pada tanggal 8-9 mei 2008 Jogja tv secara total menyiarkan hajad dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam tajuk Pawiwahan Ageng pernikahan GRAj Nurkmanari Dewi dengan KRT Purboniningrat disiarkan secara LIVE di Jogja tv dengan narasumber .... Total bila dihitung dalam dua hari acara ini disiarkan hingga 10 jam.
Prosesi Pawiwahan Ageng dimulai pada hari pertama dengan Nyantri, Siraman, Tantingan, dan Midodareni. Hari kedua ijab Kabul, panggih, tampa kaya & Dhahar Klimah, dan Pahargyan. Di Yogyakarta Kraton masih mempunyai kuasa dan hati dimasyarakat. Jadi setiap dinamika kraton pastilah menjadi perhatian tiap warga.
Nyantri
Kamis (8/5). Pukul 09.17 calon pengantin putra yang didampingi KPH Wironegoro dan KRT Danukusumo tiba di Regol Magangan. Calon pengantin putra diiringi oleh keluarganya, termasuk Raden Didik Nugrahanto (kakak) dan Hj Handayati Djuwanto (ibunda).
Rombongan pengantin pria kemudian masuk ke kompleks kesatriyan untuk mulai menjalani prosesi nyantri. Pengantin pria yang mengenakan baju Atela putih dan kain Picis Purbonegoro ini duduk di Gedong Sri Katon, diterima oleh KGPH Hadiwinoto dan GBPH Prabukusumo
Menurut KRT Pujaningrat, prosesi nyantri bisa diartikan sebagai proses menjalani pingitan sebelum memasuki prosesi-prosesi berikutnya. “Di zaman dulu, pingitan untuk calon pengantin pria ini berlangsung selama 40 hari. Sekarang dipersingkat,” kata KRT Pujaningrat, Pengageng II Kawedanan Hageng Sri Wandawa Keraton Yogya ini.
Bahkan Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan bahwa perbedaan aturan ini disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Prosesi Siraman Putri
Menjelang siang sekitar pukul 11.00 pengantin putra dan putrid telah siap untuk siraman.
Sebelum acara siraman dimulai, pada pukul 09.00 petugas di Keputren mengambil berbagai perlengkapan siraman dan baju calon pengantin putri di Kraton Kilen (rumah Sri Sultan Hamengku Buwono X) . Setelah selesai pada pukul 09.45 GKR Hemas, GRAj Nurkmanari Dewi, GRAj Nur Abra Juwita dan GRAj Wijareni bersama rombongan menuju Keputren.
GKR Hemas mengenakan kebaya brokat warna jingga. Sedang calon mempelai putri mengenakan kebaya hijau muda. Di Keputren, rombongan disambut GKR Pembayun untuk beristirahat dan mempersiapkan uba rampe acara siraman. Setelah selesai dan lengkap acara siraman pada pukul 10.00 WIB dimulai. Upacara siraman dilakukan oleh 9 orang putri yang bertugas.
Siraman pertama kali dilakukan oleh GKR Hemas dengan menyiramkan air dibagian rambut bagian calon mempelai dan bagian pundak. Setelah itu calon pengantin membasuh muka dari air yang diberikan oleh GKR Hemas. Urutan kedua adalah calon besan Hj Hadayati dilanjutkan Ibu Utaryo. Urutan keempat GBRAy Moerdokusumo, GBRAy Rio Kusumo, BRAy Benewo, BRAy Darmo Kusumo, Ny Monik Sudjatmoko dan terakhir Ibu Hj Kamaludiningrat. Upacara siraman berlangsung lebih kurang 20 menit.
Seusai siraman, GKR Hemas bersama Hj Handayati dan rombongan menuju Kagungan Dalem Kesatriyan untuk melakukan siraman kepada calon mempelai putra KRT Purbodiningrat.
Prosesi Siraman Putra
Pukul 10,30 calon pengantin pria mulai menjalani prosesi Siraman. Ritual ini dimulai dari kedatangan GKR Hemas dan rombongan yang akan memimpin prosesi siraman. GKR Hemas dan rombongan tiba di kompleks Kesatriyan pada pukul 10.30.
Sepuluh menit kemudian, pukul 10.40, calon pengantin pria mulai masuk ke Gedong Kompa untuk menjalani prosesi siraman. Dibantu KGPH Hadiwinoto, calon pengantin pria mengganti pakaian Atela putih dan kain Picis Purbonegoro dengan kain putih. Calon pengantin pria kemudian duduk di atas bangku warna hijau, siap menjalani ritual siraman.
Ritual siraman diawali oleh GKR Hemas. Gayung demi gayung GKR Hemas menyiramkan air bunga ke tubuh calon menantunya itu. Setelah GKR Hemas disusul Hj Handayati Djuwanto (ibunda kandung calon pengantin pria). Kemudian secara berturut-turut ikut menyiramkan air ke tubuh calon pengantin pria adalah Hj Monik Sri Widiyatni (besan Sultan), GBRAy Murdo Kusumo, GBRAy Riyo Kusumo, GBRAy Darmokusumo dan Ny KRT Kamaludiningrat sebagai penutup.
Setelah menyiramkan air bunga, Ny KRT Kamaludiningrat mengucurkan air dari dalam kendi untuk dipakai wudlu oleh calon pengantin pria. Kemudian, kendi yang sudah kosong itu diserahkan kepada GKR Hemas yang kemudian menjatuhkannya ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Tepat pukul 11.00 seluruh rangkaian prosesi siraman berakhir.
Usai menjalani ritual siraman, calon mempelai pria praktis tidak ada aktivitas. Calon mempelai pria baru akan menjalani prosesi lagi pada pukul 21.00 berupa acara Midodareni.
Prosesi Kerik dan Tantingan
Seusai menjalani prosesi siraman, GRAj Nurkmanari Dewi melakukan kerik rambut. Kerik mempunyai sebagai awal mula diriasnya calon pengantin oleh perias. Prosesi di rambut bagian depan dilakukan pertama kali oleh GKR Ratu Hemas, GBRAy Moerdokusumo serta sejumlah gusti dan bandara yang bertugas yang diawasi langsung perias Ibu Lies Adang mulai pukul 12.00 – 14.00 WIB.
Prosesi kerik yang dilanjutkan dengan rias di Bangsal Sekar Kedhaton. Saat prosesi kerik disaksikan sejumlah kerabat/darah dalem serta sejumlah tamu undangan khusus putri.
Usai menjalani kerik, calon pengantin putri dan kerabat yang bertugas di keputren maupun di tempat calon pengantin pria di gedhong Kesatriyan beristirahat hingga sore hari, Pada malam harinya calon pengantin putri akan menjalani prosesi tantingan di Tratag Bangsal Proboyekso.
Dalam acara tantingan yang akan dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas serta anggota keluarga dan kerabat lainnya, Sultan akan menanyakan sekali lagi, kepada calon pengantin putrid apakah sudah siap dan mantap untuk dinikahkan dengan KRT Purbodiningrat.
Calon pengantin akan menyatakan siap dan sanggup untuk dinikahkan. Setelah itu Sultan akan memerintahkan kepada petugas KUA Kecamatan Kraton untuk menyelesaikan urusan administrasi. Setelah itu Sultan memerintahkan penghulu kraton untuk memanjatkan doa bersama.
Prosesi Pawiwahan Ageng dimulai pada hari pertama dengan Nyantri, Siraman, Tantingan, dan Midodareni. Hari kedua ijab Kabul, panggih, tampa kaya & Dhahar Klimah, dan Pahargyan. Di Yogyakarta Kraton masih mempunyai kuasa dan hati dimasyarakat. Jadi setiap dinamika kraton pastilah menjadi perhatian tiap warga.
Nyantri
Kamis (8/5). Pukul 09.17 calon pengantin putra yang didampingi KPH Wironegoro dan KRT Danukusumo tiba di Regol Magangan. Calon pengantin putra diiringi oleh keluarganya, termasuk Raden Didik Nugrahanto (kakak) dan Hj Handayati Djuwanto (ibunda).
Rombongan pengantin pria kemudian masuk ke kompleks kesatriyan untuk mulai menjalani prosesi nyantri. Pengantin pria yang mengenakan baju Atela putih dan kain Picis Purbonegoro ini duduk di Gedong Sri Katon, diterima oleh KGPH Hadiwinoto dan GBPH Prabukusumo
Menurut KRT Pujaningrat, prosesi nyantri bisa diartikan sebagai proses menjalani pingitan sebelum memasuki prosesi-prosesi berikutnya. “Di zaman dulu, pingitan untuk calon pengantin pria ini berlangsung selama 40 hari. Sekarang dipersingkat,” kata KRT Pujaningrat, Pengageng II Kawedanan Hageng Sri Wandawa Keraton Yogya ini.
Bahkan Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan bahwa perbedaan aturan ini disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Prosesi Siraman Putri
Menjelang siang sekitar pukul 11.00 pengantin putra dan putrid telah siap untuk siraman.
Sebelum acara siraman dimulai, pada pukul 09.00 petugas di Keputren mengambil berbagai perlengkapan siraman dan baju calon pengantin putri di Kraton Kilen (rumah Sri Sultan Hamengku Buwono X) . Setelah selesai pada pukul 09.45 GKR Hemas, GRAj Nurkmanari Dewi, GRAj Nur Abra Juwita dan GRAj Wijareni bersama rombongan menuju Keputren.
GKR Hemas mengenakan kebaya brokat warna jingga. Sedang calon mempelai putri mengenakan kebaya hijau muda. Di Keputren, rombongan disambut GKR Pembayun untuk beristirahat dan mempersiapkan uba rampe acara siraman. Setelah selesai dan lengkap acara siraman pada pukul 10.00 WIB dimulai. Upacara siraman dilakukan oleh 9 orang putri yang bertugas.
Siraman pertama kali dilakukan oleh GKR Hemas dengan menyiramkan air dibagian rambut bagian calon mempelai dan bagian pundak. Setelah itu calon pengantin membasuh muka dari air yang diberikan oleh GKR Hemas. Urutan kedua adalah calon besan Hj Hadayati dilanjutkan Ibu Utaryo. Urutan keempat GBRAy Moerdokusumo, GBRAy Rio Kusumo, BRAy Benewo, BRAy Darmo Kusumo, Ny Monik Sudjatmoko dan terakhir Ibu Hj Kamaludiningrat. Upacara siraman berlangsung lebih kurang 20 menit.
Seusai siraman, GKR Hemas bersama Hj Handayati dan rombongan menuju Kagungan Dalem Kesatriyan untuk melakukan siraman kepada calon mempelai putra KRT Purbodiningrat.
Prosesi Siraman Putra
Pukul 10,30 calon pengantin pria mulai menjalani prosesi Siraman. Ritual ini dimulai dari kedatangan GKR Hemas dan rombongan yang akan memimpin prosesi siraman. GKR Hemas dan rombongan tiba di kompleks Kesatriyan pada pukul 10.30.
Sepuluh menit kemudian, pukul 10.40, calon pengantin pria mulai masuk ke Gedong Kompa untuk menjalani prosesi siraman. Dibantu KGPH Hadiwinoto, calon pengantin pria mengganti pakaian Atela putih dan kain Picis Purbonegoro dengan kain putih. Calon pengantin pria kemudian duduk di atas bangku warna hijau, siap menjalani ritual siraman.
Ritual siraman diawali oleh GKR Hemas. Gayung demi gayung GKR Hemas menyiramkan air bunga ke tubuh calon menantunya itu. Setelah GKR Hemas disusul Hj Handayati Djuwanto (ibunda kandung calon pengantin pria). Kemudian secara berturut-turut ikut menyiramkan air ke tubuh calon pengantin pria adalah Hj Monik Sri Widiyatni (besan Sultan), GBRAy Murdo Kusumo, GBRAy Riyo Kusumo, GBRAy Darmokusumo dan Ny KRT Kamaludiningrat sebagai penutup.
Setelah menyiramkan air bunga, Ny KRT Kamaludiningrat mengucurkan air dari dalam kendi untuk dipakai wudlu oleh calon pengantin pria. Kemudian, kendi yang sudah kosong itu diserahkan kepada GKR Hemas yang kemudian menjatuhkannya ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Tepat pukul 11.00 seluruh rangkaian prosesi siraman berakhir.
Usai menjalani ritual siraman, calon mempelai pria praktis tidak ada aktivitas. Calon mempelai pria baru akan menjalani prosesi lagi pada pukul 21.00 berupa acara Midodareni.
Prosesi Kerik dan Tantingan
Seusai menjalani prosesi siraman, GRAj Nurkmanari Dewi melakukan kerik rambut. Kerik mempunyai sebagai awal mula diriasnya calon pengantin oleh perias. Prosesi di rambut bagian depan dilakukan pertama kali oleh GKR Ratu Hemas, GBRAy Moerdokusumo serta sejumlah gusti dan bandara yang bertugas yang diawasi langsung perias Ibu Lies Adang mulai pukul 12.00 – 14.00 WIB.
Prosesi kerik yang dilanjutkan dengan rias di Bangsal Sekar Kedhaton. Saat prosesi kerik disaksikan sejumlah kerabat/darah dalem serta sejumlah tamu undangan khusus putri.
Usai menjalani kerik, calon pengantin putri dan kerabat yang bertugas di keputren maupun di tempat calon pengantin pria di gedhong Kesatriyan beristirahat hingga sore hari, Pada malam harinya calon pengantin putri akan menjalani prosesi tantingan di Tratag Bangsal Proboyekso.
Dalam acara tantingan yang akan dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas serta anggota keluarga dan kerabat lainnya, Sultan akan menanyakan sekali lagi, kepada calon pengantin putrid apakah sudah siap dan mantap untuk dinikahkan dengan KRT Purbodiningrat.
Calon pengantin akan menyatakan siap dan sanggup untuk dinikahkan. Setelah itu Sultan akan memerintahkan kepada petugas KUA Kecamatan Kraton untuk menyelesaikan urusan administrasi. Setelah itu Sultan memerintahkan penghulu kraton untuk memanjatkan doa bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar