Rabu, 01 September 2010

Baritan, Tradisi Unik Ramah Lingkungan

SAMIGALUH-YOGYAKARTA. Secepat apapun melaju, L300 buntut ini tetap saja ndak menunjukkan kecepatannya. Apalagi lokasi per’buruan’ku kali ini di ujung bukit menorah, tepatnya di pedukuhan karang, desa gerbosari, kecamatan samihgaluh, Kulon Progo Yogyakarta.


Hari ini masyarakat pedukuhan karang bersiap melakukan tradisi tahunan bagi hewan peliharaan mereka. Lucu bukan...barukali ini hewan di’upacarai’. Mereka menyebutnya tradisi BARITAN, berasal dari kata lebar rit ritan. Artinya seusai penyabitan sisa-sisa jerami di sawah sehabis panen. Upacaraanya sendiri berkaitan dengan peliharaan petani yang disebut Rojokoyo yaitu sapi kerbau, dan kambing.


Air bunga, jauh hama dan penyakit

Benar kan? Terlambat sedikit...warga sudah mengajikan nazar/ permohonan sebagai awal di mulainya acara. semua nazar dibacakan, doa dipanjatkan....tak sembarang memanjatkan. Air bertabur mawar, melati dan kenanga menjadi media kabulnya doa ini.


Ramainya minta ambun. Prosesi ini sengaja dilaksanakan di areal persawahan. Jajaran pegunungan menorah, persawahan terasiring dan hijaunya lahan pertanian warga menjadi satu paket. Setiap pengunjung dapat memandang langit yang cerah, gunung dan bukit menjulang, pepohonan yang hijau, hewan yang dilepas bebas dan gemercik air. Kenyamanan ini akan menggugah perasaan kagum kebesaran sang pencipta.

Hewan hewan peliharaan para petani ini berkalungkan ketupat. Air bunga yang telah didoakan disiramkan di kepala hewan. Ini bermaknakan pembersihan hewan peliharaan agar terhindar dari penyakit dan tetap sehat.

Air bunga tersebut juga disiram di areal persawahan, tanah, tanaman pertanian agar sawah, ladang petani terhindar dari hama.


Diluar segala kepercaraan yang mungkin hanya dimengerti warga dusun, perhatian terhadap segala yang alami seperti ‘pembersihan’ hewan peliharaan, pemanfaatan areal persawahan, merupakan bagian perhatian warga terdapat ALAM. Percaya ndak percaya lihat saja pada pesta rakyat...berikut...


Pesta rakyat

Asyiknya pesta bersama warga dusun, adalah perangkat pesta dan hiburan yang alami. Hidangan khas dari Baritan ini adalah kupat. Kupat mengingatkan kita untuk “ngaku lepat” (mengaku salah) terhadap alam, hewan, atau sesama.


Lebih eksotis lagi saat kupat ini disandingkan dengan cendol, tempe tahu bacem, umbi umbian seperti jagung, kacang ketela, dan sayuran. Semua serba alami. Sembari makan suguhan taria jatilan pemuda dusun menghipnotis kita dengan ritme musiknya.

Info baritan

J.C.KUSTANTO

Karang, Gerbasari, Samigaluh,

Kulon progo Yogyakarta 55673 hp 0812 279 0353

Senin, 02 Agustus 2010

Ingat Nyadran, Ingat Lezatnya Apem


Nyadran atau sadran, sering dibahas dimana saja bahkan hingga detail arti katanya. Saya lebih suka bicara, bila nyadran itu mengingatkan kita pada APEM. Makanan tradisional terbuat dari tepung beras, santan, dan gula ini berbentuk oval dengan rasa manis yang mengenyangkan. Tahun ini aku berkesempatan jalan jalan di beberapa kampung, dusun dan desa. Wah, sibuk sekali mereka memasak roti yang satu ini. Bukan untuk perayaan bahagia tetapi justru untuk mengenang sesuatu yang bahagia yang telah tiada.

ya, Nyadran itu dilaksanakan di bulan Jawa Ruwah tepatnya sebelum Pasa atau Puasa. Tahu kan bila sebelum puasa atau bulan islam ramadhan, orangbanyak pergi melakukan dia kubur. nah, tu dia, Nyadran itu adalah ekspresi orang Jawa saat mengenang mereka yang tiada yang pernah menjadi bagian dari kebahagiaan keluarga.

Hebat ya...selezat apem buatan orang dusun...

Ekspresi itu lahir menjadi sebuah apem, oval sama dengan saat kita mengatupkan kedua tangan kita. menyembah kepada yang Kuasa.

Yang hebat lagi, bagi orang Jawa-jogja, Apem ini tak dikonsumsi sendiri. Diracik, diramu untuk dibagikan kepada tetangga dan tamu sejauh mungkin asalnya.

Semuanya hanya ada di Jogja!!!

Minggu, 17 Januari 2010

Ruwatan Kalahkan Bhatara Kala 1

Anda dan keluarga sering sakit, kecelakaan, mendapat masalah beruntun, mungkin itu kesalahan Anda sendiri. Namun dalam pandangan orang Jawa, berbagai masalah ini dapat dilihat secara spiritual religius bahwa Anda sedang diganggu Bhatara Kala. Tak usah takut dengan ruwatan murwakala, Bhatara Kala akan lari tunggang langgang dan hidup Anda kembali mengalir sejernih dan sederas air pegunungan.

Tradisi ruwatan terakhir yang kuliput mmm...sekitar tiga tahun lalu. Di pendopo Taman Siswa, diikuti oleh keluarga keluarga kaya dan dilaksanakan lebih megah. Berbeda dan lebih berkesan dari tiga tahun lalu, ruwatan kembali memanggil insting jurnalisku ke sebuah tempat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Puluhan kilometer dari kota Yogyakarya menuju Jatimulyo Kulon Progo. Masih belum sampai karena harus menuju Goa Kiskendo, nah dari Goa ini sekitar dua kilometer menuju lokasi. Oe..jangan senang dulu...perjalanan mobil kita hentikan lalu berlanjut dengan sepeda motor atau jalan kaki sekitar dua kilometer. Cuih...pilihan kedua kutempuh, berjalan kaki sambil menenteng tripot, kamera, dan lampu.

Jalanan licin karena lumut, lembab dan gerimis, kami menyusuri jalan setapak tepat di kampung Pulir, Sukamaya, di rumah bapak Timbul Suripto sesepuh sekaligus guru spiritial ruwatan.Mengenal Ruwatan
Tradisi ruwatan mempunyai sifat magis religius karena dipercaya menjadi media pembersihan dari sifat-sifat buruk diri manusia, dengan tetap berpedoman pada sang pencipta. Sifat buruk yang dimaksud berasal dari tindakan manusia dan beberapa hal khusus yang menurut orang jawa perlu menjadi perhatian.

Menurut kyai dalang Cipto Subali, dalang ruwat kali ini, permasalahan yang dihadapi manusia sebenarnya bertumpu pada tiga perkara atau trimolo. Pertama perkara kuasa, kedua perkara kekayaan dan ketiga perkara wanita. berbagai perkara ini dapat terjadi karena kesalahan manusia dan dipercaya juga diluar kendali manusia. Mereka yang berperkara seperti diatas disebut manusia sukerto.

Sumber Manusia Sukerto
Bersumber pada cerita murwakala, sebuah karya sastra Jawa kuno yang mengisahkan dewa-dewi yang terkena kutukan. Kutukan ini mengakibatkan perubahan wujud dewa-dewi hingga hidup sengsara. Salah satu kisahnya merupakan awal mula upacara ruwatan, awal mula kelahiran Batara Kala.

Cerita murwakala ini nantinya akan dimainkan dalam sebuah pagelaran wayang bagi para sukerto.

Kisah murwakala dimainkan oleh ki dalang ruwatan. cerita ini mengkisahkan kelahiran Batara Kala dan goro-goro kayangan. Kelahiran batara kala berawal dari mengapungnya benda aneh berbau amis di lautan. Berbagai senjata sakti para dewa tak mampu menghancurkannya, semakin dihancurkan semakin besar, dan dalam sekejap berganti rupa menjadi raksasa. Raksasa itu menemui bathara guru dan bathara narada yang kemudian mengakuinya sebagai putra dengan nama Batara Kala.