
Tradisi ruwatan terakhir yang kuliput mmm...sekitar tiga tahun lalu. Di pendopo Taman Siswa, diikuti oleh keluarga keluarga kaya dan dilaksanakan lebih megah. Berbeda dan lebih berkesan dari tiga tahun lalu, ruwatan kembali memanggil insting jurnalisku ke sebuah tempat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Puluhan kilometer dari kota Yogyakarya menuju Jatimulyo Kulon Progo. Masih belum sampai karena harus menuju Goa Kiskendo, nah dari Goa ini sekitar dua kilometer menuju lokasi. Oe..jangan senang dulu...perjalanan mobil kita hentikan lalu berlanjut dengan sepeda motor atau jalan kaki sekitar dua kilometer. Cuih...pilihan kedua kutempuh, berjalan kaki sambil menenteng tripot, kamera, dan lampu.
Jalanan licin karena lumut, lembab dan gerimis, kami menyusuri jalan setapak tepat di kampung Pulir, Sukamaya, di rumah bapak Timbul Suripto sesepuh sekaligus guru spiritial ruwatan.

Tradisi ruwatan mempunyai sifat magis religius karena dipercaya menjadi media pembersihan dari sifat-sifat buruk diri manusia, dengan tetap berpedoman pada sang pencipta. Sifat buruk yang dimaksud berasal dari tindakan manusia dan beberapa hal khusus yang menurut orang jawa perlu menjadi perhatian.
Menurut kyai dalang Cipto Subali, dalang ruwat kali ini, permasalahan yang dihadapi manusia sebenarnya bertumpu pada tiga perkara atau trimolo. Pertama perkara kuasa, kedua perkara kekayaan dan ketiga perkara wanita. berbagai perkara ini dapat terjadi karena kesalahan manusia dan dipercaya juga diluar kendali manusia. Mereka yang berperkara seperti diatas disebut manusia sukerto.
Sumber Manusia Sukerto
Bersumber pada cerita murwakala, sebuah karya sastra Jawa kuno yang mengisahkan dewa-dewi yang terkena kutukan. Kutukan ini mengakibatkan perubahan wujud dewa-dewi hingga hidup sengsara. Salah satu kisahnya merupakan awal mula upacara ruwatan, awal mula kelahiran Batara Kala.
Cerita murwakala ini nantinya akan dimainkan dalam sebuah pagelaran wayang bagi para sukerto.
Kisah murwakala dimainkan oleh ki dalang ruwatan. cerita ini mengkisahkan kelahiran Batara Kala dan goro-goro kayangan. Kelahiran batara kala berawal dari mengapungnya benda aneh berbau amis di lautan. Berbagai senjata sakti para dewa tak mampu menghancurkannya, semakin dihancurkan semakin besar, dan dalam sekejap berganti rupa menjadi raksasa. Raksasa itu menemui bathara guru dan bathara narada yang kemudian mengakuinya sebagai putra dengan nama Batara Kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar